Ruwatan & Tirakatan RPS Tetap Digelar, Diprakarsai Sujani “Bupati Swasta” Demi Suara Hati Warga Sidoarjo



Sidoarjo,Radarhukumpos.com – Rencana acara “Ruwatan dan Tirakatan Persembahan RPS untuk Sidoarjo dan Indonesia” pada Tanggal 27 Agustus 2025 di area Timur GOR Sidoarjo dipastikan tetap berlangsung. Acara ini diprakarsai oleh Sujani, Tokoh Masyarakat yang akrab dijuluki “Bupati Swasta” – singkatan dari Berjuang untuk Pastikan Hati dan Suara Warga Sidoarjo Tercinta.

Julukan itu disematkan oleh Warga karena Kiprah Sujani yang Konsisten hadir di tengah Masyarakat, yang telah menginisiasi berbagai kegiatan Sosial, Budaya, dan Kebangsaan tanpa harus menunggu instruksi Pemerintah.

Acara ini, menurut Panitia, murni persembahan Budaya dan Spiritual. Ruwatan dipahami sebagai Simbol Penyucian Diri dan Tirakatan sebagai Doa Bersama Lintas Iman.

“Ruwatan dan Tirakatan ini bukan untuk kepentingan Politik, melainkan bentuk Syukur Masyarakat atas 80 Tahun Kemerdekaan. Kami ingin menghadirkan Ruang Kebersamaan agar Warga bisa Berdoa, Berkesenian, dan Merenung Bersama demi Sidoarjo dan Indonesia,” tegas Sujani, pada hari Senin (18/8/2025).

Terkait Klarifikasi dari pihak Wakil Bupati Sidoarjo, Hj. Mimik Idayana, yang tidak bisa hadir pada Tanggal 27 Agustus 2025, maka RPS menegaskan, bahwa acara tetap berjalan.

“Saya memang belum secara langsung menyampaikan kehadiran Bu Wabup. Namun saya sudah bertanya kepada suami beliau, karena saya akrab dengan beliau. Di awal penyampaian saya, beliau secara Pribadi juga mendukung acara ini. Buktinya, secara Pribadi beliau ikut menyumbang tumpeng,” ujar Sujani.

Menurutnya, hal ini menunjukkan bahwa secara personal, dukungan tetap ada meski secara Kelembagaan belum ada Undangan Resmi.

Ketua DPC Persatuan Wartawan Duta Pena Indonesia (PWDPI) Sidoarjo, Agus Subakti, S.T juga ikut menanggapi dinamika pemberitaan seputar acara ini. Agus menilai Framing sebagian Media justru seakan ingin mengecilkan Makna acara Ruwatan dan Tirakatan tersebut.

 “Saya melihat ada kesan seakan-akan ada pihak yang ingin Menggagalkan atau Mengkerdilkan acara ini. Padahal Substansinya jelas: ini Persembahan Budaya Masyarakat untuk Sidoarjo dan Indonesia, bukan sekadar urusan hadir atau tidak hadirnya Pejabat,” tegas Agus Subakti.

Agus Subakti menambahkan, Media seharusnya bisa memberi Porsi yang Adil dan tidak menimbulkan Kerancuan di tengah Masyarakat. “Pers punya tugas Mengedukasi, bukan membuat Bias. Bahkan jangan sampai justru upaya Kebudayaan seperti ini dianggap Remeh hanya karena Faktor Kehadiran,” tandasnya.

Ruwatan dan Tirakatan ini akan melibatkan Budayawan, Tokoh Agama, Seniman, dan Masyarakat Umum. Harapannya agar bisa menjadi Tradisi Tahunan Sidoarjo, dimana Rakyat Bebas Berekspresi, Bersyukur, sekaligus Merawat Budaya Leluhur.

“Kami ingin Masyarakat Sidoarjo tidak tercabut dari Akarnya. Kita perlu Ruang bersama di luar Seremonial Formal, agar ada Harmonisasi dan Doa Kolektif. Itulah semangat kami: Menyemai Kebersamaan,” tambah Sujani.

Sebagai “Bupati Swasta” Sujani menegaskan, bahwa dirinya hanya berperan sebagai Jembatan Suara Rakyat.

 “Saya tidak mencari Jabatan, saya hanya ingin memastikan Suara Hati Warga Sidoarjo terdengar. Acara ini adalah Milik Rakyat, bukan Milik Pribadi atau Kelompok maupun Golongan,” ujarnya menutup.

Dengan demikian pula, meski tanpa kehadiran Wakil Bupati, acara Ruwatan dan Tirakatan tetap dipastikan untuk berlangsung Khidmat dan penuh Makna. 


(Lisa/Staind/Bertus).